Dimulai dari nol ya, Ra.

1 Februari 2017.

Tepat awal bulan, dan ini merupakan hari pertamaku sebagai seorang karyawan magang.
Sepele memang. Dan bisa dibilang enggak keren, tanpa kepastian.
Aku magang di salah satu perusahaan yang menempati sebuah tower super tinggi di kawasan Kuningan.

Kalau boleh flashback, aku rasa ini jawaban dari setiap doa, harapan, bahkan gumaman yang aku nyatakan dalam hati dari hari ke hari.

Aku tiba di Jakarta tanggal 12 Januari 2017. Sebelumnya aku menghabiskan dua bulan untuk kursus bahasa inggris di Pare. Dan selama itu aku men-stop diri ngelamar pekerjaan supaya bisa fokus kursus. Namun tepat seminggu sebelum Natal, panggilan wawancara user dari BCA Lampung datang. Setelah melalui pergumulan semalaman, akhirnya aku terbang untuk memenuhi undangan wawancara itu. Tiba di Lampung, semua hal aku usahakan dengan sangat baik bahkan sampai merepotkan banyak keluarga dan teman. Awalnya sih berharap banyak untuk pekerjaan ini.
Tapi malam itu, tepat setelah wawancara, kak Lina ngingetin aku apa aku bener-bener yakin untuk menghabiskan waktuku di Lampung lagi. Kak Lina ngeyakinin apa bener aku nggak mau ke tempat baru yang lebih dinamis.

Dan bener aja, selama beberapa hari (sampai batas user janjiin buat nelpon-jika aku diterima), aku berdoa supaya aku tidak lolos. Doaku terkabul. Segera setelah Natal, aku kembali ke Pare dan melanjutkan kursus di sana.

Selama sisa waktu dua minggu di Pare, aku banyak berpikir dan secara nggak langsung orang-orang di sekitarku semakin meyakinkan keinginan ku. Aku putuskan untuk tidak mengambil apapun kesempatan apapun untuk bekerja di Lampung dan segera menetap di Jakarta.
Keputusan yang agak terlalu egois memang. Tapi sudah waktunya buat aku berani bilang "tidak" untuk kehidupan yang aku enggak suka.

Perasaan yang terlintas di tanggal 12 Januari silam adalah excited, sedih, dan bingung.
Excited karena udah gak sabar buat segera bekerja.
Sedih karena harus ninggalin semua kesenangan di Pare.
Dan bingung harus mulai dari mana.

Udah terlalu banyak perusahaan yang aku ajukan lamaran. Tapi yang mengundang tes hanya beberapa. Banyak juga website yang aku skip setelah liat kualifikasi yang diminta.
Saat itu aku sadar kelemahan ku. Aku gak cukup berkompetensi. Bahkan mungkin aku kurang mengenali diriku sendiri. Berkaca dari situ, aku malah mengetahui apa yang paling aku perlukan, yaitu pengalaman.
Pengalaman yang paling mungkin aku dapat adalah pengalaman magang. Jujur, aku kurang pandai melihat peluang bisnis wirausaha. Harapanku saat itu ya cuma magang. Bahkan aku rela nggak digaji. Ekstrim.

Sebenernya makin gemes nganggur setelah tau adik sepupu mendapatkan pekerjaan pertamanya. 

Dunia kerja yang aku mau gimana?
Ini bagian yang agak konyol sih. Aku pengen ngerasain jadi karyawan di kota besar. Kerja di gedung tinggi. Di ruang ber-AC. Rapih tapi nggak formal. Dan pastinya punya rekan kerja yang menginspirasi juga lingkungan yang dinamis. Aku suka sama pola pikir orang kota modern yang open-minded.

Ada lagi, sebuah keyakinan yang menurut aku agak gimana gitu. Berdasarkan rasa "iri" (dalam arti positif), aku ngeyakinin diri aku bahwa aku akan segera bekerja sebelum bulan Maret 2017.

Oh iya, satu lagi. Aku selalu mensugesti diri agak tidak putus asa.
Banyak fresh graduate yang mengasihani dirinya (dan pasti di-publish di sosmed, makanya aku tahu) karena nggak kunjung dapat pekerjaan. Aku akui, jadi lulusan yang nganggur itu nggak enak banget, membosankan. Hari ke hari cuma makan tidur di rumah.
Tapi Puji Tuhan, banyak hal yang Dia sediakan yang membuat aku enggak terlalu "meratapi" masa-masa "menunggu". Dan itu membuat aku bisa lebih bersabar, punya obyek yang bisa disyukuri, lebih punya pengharapan.

Aku pun bersyukur untuk apa yang aku dapat saat ini. Kesempatan magang ini benar-benar apa yang aku perlukan. Bahkan di "lingkungan" yang aku impikan juga. Gedung tinggi (ini norak). Dan yang lebih aku syukuri, ini terjadi benar-benar sebelum bulan Maret. Puji Tuhan.

Tentang Jakarta yang super macet sampai waktu tidur banyak dihabiskan di kendaraan umum, aku sudah setuju ke diri sendiri untuk menerima dan menikmatinya. Karena ini yang aku mau.

Dan untuk permulaaan yang baik ini, aku punya kalimat yang baik: "Dimulai dari nol ya, Ra"



Komentar