Teman Terbaik

Seharusnya aku memanggilnya "Nantulang", tapi jarak usia kami hanya tiga tahun. Kami berjumpa di masa kecil dan menjadi teman bermain.

Aku pikir dia hanya seorang kerabat, tapi semakin ke sini aku melihat dia adalah kakak yang bisa aku andalkan. Aku sendiri anak pertama, yang tidak memiliki kakak. Ketika aku enggan mengandalkan rumah, aku akan lari dan meminta bantuannya.

Sosoknya sederhana atau bahkan terlalu apa adanya, tapi justru itu yang membuat nyaman. Dia tidak berubah bahkan ketika dia memiliki pasangan, aku masih diingatnya. Ya, mungkin dia butuh aku untuk menjadi telinganya dan meminta saran yang katanya bijak. Eaaa~

Suatu nasib membuat kami tinggal bersama selama satu setengah tahun. Pengalaman kami di masa itu cukup unik. Kadang sedih, senang, juga menegangkan. Tapi ketika bernostalgia tentang tahun-tahun itu, kami justru tertawa sampai orang lain mungkin bingung dengan apa yang kami tertawakan.

Dia kuat dan tegar. Anak kampung yang jauh dari rumah, tapi karena merantau, dia berkembang dengan sangat baik. Siapa yang menyangka, saat kecil berbahasa indonesia pun dia kesulitan. Hari-harinya hanya berbahasa Batak. Namun sekarang, Bahasa Inggris menjadi bahasa keduanya. Dia andalanku kalau soal ini.

Aku menyebutnya Kakak: saudari tebaik di tanah rantau, partner terbaik untuk berbelanja, rekan terbaik saat masak-memasak, guru bahasa inggris, konsultan keuangan, kadang juga guru spiritual, kakak yang bisa diandalkan.

Namanya Kak Lina. 



Komentar

Posting Komentar