10 Februari
2014
Bapake lagi
pulang ke Liwa. So , I decided to stay at my aunt kost at Matraman, East
Jakarta. Karena Tante aku kerja dan pulangnya malam, jadi aku memutuskan untuk
melaksanakan solotrip di Jakarta. First destination adalah ikon kota Jakarta,
Monas. Alasan ke sini adalah karena aku dari dulu nggak pernah ke puncak monas,
selalu nggak jadi. Jadi daripada nggak kesampean Cuma karena nunggu diajak, mending aku langsung
nyoba sendiri.
Modalnya
Cuma Google dan Trans Jakarta. Ini trayek yang aku naikin buat ke Monas:
Tegalan-Central
Senen-Gambir1
Sebenernya
aku salah turun -___-“ Jangan turun di Gambir, bingung sendiri entar kaya’ aku.
Sebaiknya langsung turun di halte Monas.
Di Monas,
Cuma jalan-jalan nggak jelas. Yang lucu, aku sempet bingung mana pintu masuk ke
monasnya . Ternyata pintu masuknya ada di sebrang Monas, dari bawah tanah.
Tiket masuknya Rp5.000. Habis beli karcis, kita masuk lewat lorong bawah tanah,
trus naik dan langsung ‘dituntun’ ke lantai dasar Monas. Di sini kayak museum
gitu. Ada banyak diorama-deorama sejarah Indonesia, dari jaman pra-sejarah
sampe jaman modern. Aku keliling di sana, dan bodohnya aku malah jalannya
berlawanan arah dengan pengunjung lain…
Trus naik
ke atas, dan keluar dari bawah tangga cawan Monas. Dari situ bisa keliling
taman sekitar Monas dan mngeliat relief-relief yang ada di dinding pagarnya.
Masuk lagi ke monas lewat pintu yang ada di bawah cawan, ada tangga buat masuk
ke Ruang Kemerdekaan. Keluar lagi, naik tangga lagi, sampailah kita di cawan
Monas. Sayang bangeeet gak bisa naik ke lantai puncaknya >,< Aku nggak
kesampean deh mau ke lantai puncaknya.. Lift-nya rusaaakk (rusak teruuss :’( ).
Di cawan lumayan panas, apalagi tengah hari. Tapi lumayan juga buat liat
pemandangan sekitar.
Saran: bawalah kaca mata hitam kalo berkunjung
ke Monas. Teriknya kalo sian g bikin kepala pusing.
Dari monas, aku penasaran sama yang namanya Kota Tua. Setelah search Google, aku jalan ke Halte Gambir dan mulai “mensasarkan diri” lagi. Trayeknya:
Gambir-Harmony-Kota
Dari halte
Kota, sekeliling kita itu udah kawasan kota tua. Bangunan-bangunan nya gaya
tempo doeloe. Arsitektur Belanda. Nggak ada kesan Jakarta yang metropolis. Tujuan
utama aku adalah Museum Fatahillah. Dan untungnya ada petunjuk jalan di sana.
Patokan aku adalah Museum Mandiri. Dari Museum Mandiri nyebrang ke area
“pejalan kaki”. Naahh.. di sanalah letak Museum Fatahillah. Sepanjang jalan,
suasananya udah jadul banget. Ada beberapa mobil tua yang dipajang, pedagang-pedagang
aksesoris, tattoo, fashion lain kaya’ sepatu dan kaos, dan yang pasti kuliner
pasar khas Jakarta..
Sayang
banget, aku bawa kamera yang batrenya krisis, jadi nggak banyak foto-in suasana
di sana. Di sini aku Cuma duduk memperhatikan sekitar, sepanjang hari. Soalnya
kaki udah pegel duluan karena keliling Monas dan BERDIRI di Trans Jakarta.
Komentar
Posting Komentar