Beberapa Inci Di Atas Titik Nol: A Story of New Survivor



Ternyata kerja itu gini ya!
Gini yang gimana hayo??
Agak beda dengan apa yang orang bilang.

Katanya, kerja itu harus siap mental. Banyak pesaingan. Bisa saling makan temen. Kompetisi di mana-mana.


. . .



Ini cerita tentang kelanjutan titik nol yang baru aku temui, di sebuah kota besar bernama Jakarta.

Titik nol aku mulai dengan menjadi seorang karyawan magang selama tiga bulan. Penghasilan ku? Duh, jauh banget dari UMR. Aku hidup tertatih-tatih. Keimanan aku diuji. Haha, lebay gini pake kata "keimanan".

Tapi serius, iman aku diuji.

Pada dasarnya aku suka melihat-lihat, jalan-jalan, dan jajan.
Membeli hal-hal yang menarik perhatian.. Hal-hal yang dulu susah buat aku dapatin.

Tapi Tuhan Maha Baik. Aku percaya, titik nol yang aku mulai di level ini bukan sebuah "musibah" atau  "kekurang-beruntungan" atau "berkat kecil". Ini sudah menjadi garis hidup aku.

Dia jaga agar aku enggak kelewat batas.

Kadang aku mikir, apa jadinya kalau aku langsung dapat kerjaan dengan gaji yang besar?
Aku super boros. Pasti.

Gaji sedikit aja, aku udah belanja banyak hal. Yah, walaupun dengan sedikit jerih untuk menahan beberapa hal lain. Membatasi diri agar hanya membeli hal yang perlu. Mengukur standar agar tidak terlalu tinggi, pun tidak terlalu rendah. Penuh pertimbangan apakah itu akan jadi suatu investasi jangka panjang atau hanya keinginan sesaat.

Level yang kemarin aku terima, aku  anggap sebagai sebuah pembelajaran untuk aku mengendalikan diri aku sendiri. Keinginan dagingku.

Balik lagi ke statement di atas: keimanan aku diuji. Sejauh mana aku mengimani kehadiran Tuhan di saat-saat tersulit itu. Saat-saat tersulit yang aku maksud ya apalagi kalau bukan soal keuangan. Hahaha. Gaji super kecil dengan pengeluaran yang gak pernah berhenti. Ditambah lagi aku menahan diri untuk bergantung ke orang tua ataupun keluarga besar. Selain itu, komitmen ku juga diuji, yang katanya mau berbagi dengan penghasilan berapapun.

Sampai aku punya quote sendiri kalau masa-masa sulit datang:

"Hari-hari berat itu pernah ada. Pasti ada. Sudah berlalu, dan akan dilalui"

Komentar