Cara Memenangkan Hati(ku)

Mata ganti mata.
Telinga ganti telinga.
Memenangkan hati (dengan cara) dari hati.



"I always think. But it is a little bit hard for me to reveal it verbally, directly. Therefore I write."

Familiar?

Menulis menjadi sebuah media bagiku untuk menyampaikan isi hati dan pikiran, bukan hanya soal mengabadikan moment.

Ada sebuah catatan singkat dari buku coklat yang ditulis Mama, mungkin di tahun 1996. Di sana aku melihat bahwa ada seseorang yang mencintaiku dan melihat tumbuh kembangku. Tulisannya tidak puitis, tapi aku merasakan hatiku disentuh.

Ketimbang menerima materi, rasanya sebuah paragraf terlihat lebih mahal.

Akupun demikian, ketika aku menulis di blog ini tentang orang-orang yang aku kenal, aku seperti memberikan yang terbaik yang aku punya: hati yang (semoga) tulus. Satu per satu memori atau kesan yang baik pun terabadikan lewat tulisan dan bisa menciptakan senyuman.

Ah, sudah jarang sekali aku memberikan dan menerima tulisan seperti itu.

Tiba-tiba saja aku teringat masa-masa SD. Saat itu, berkirim surat adalah kebiasaanku dengan teman-teman dekat. Kami masih berhati polos layaknya anak kecil. Apa yang kami ungkapkan di secarik kertas adalah hal jujur yang kami harap teman kami ketahui. Kami hanya menyampaikan kebaikan karena mungkin saat itu kami sadar bahwa isi tulisan itu abadi walaupun lembaran-lembarannya mungkin habis dimakan rayap.

Jadi, ketimbang menerima materi, rasanya sebuah paragraf jauh lebih mahal.


#30DaysWritingChallenge #Day 17
Clue: Ways to win my heart

Komentar